
Oleh. Ust. Lathief Abdallah
(Pengasuh Pondok Baitul Hamdi)
ReaksiNews.com | Sebagian ulama menyebut, Ramadhan sebagai madrasah. Yakni majlis yang mendidik dan melatih seorang muslim untuk membentuk karakter muslim yang jujur, giat dan taat.
Satu bulan penuh kaum muslimin mendapat pelatihan mental spiritual dalam madrasah Ramadlan itu, antara lain; Pertama, semakin mendekatkan pada AlQur’an. Di bulan Ramadlan alQuran lebih akrab dan ramai dibaca. Karena pada bulan Ramadlan ia diturunkan sebagi petunjuk, aturan hidup dan pembeda antara haq dan bathil. Allah SWT berfirman, “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda” (QS al-Baqarah (2): 185).
Kemudian Al Qur’an sebagai bacaan harian, kandungannya dipahami untuk dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan. “Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar,”(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 9)
Kedua, melatih taat pada aturan syari’at. Selama satu bulan penuh kaum muslimin diperintahkan berpuasa. Puasa artinya imsak, menahan diri dari nafsu fisik maupun psikis, jasad maupun bathin yang dapat membatalkan hukum puasa maupun membatalkan pahalanya. Dengan kesadaran bahwa puasa adalah perintah Allah SWT,
Kaum muslim rela menahan lapar dan haus juga mengendalikan sahwat sejak fajar shubuh hingga magrib. Hampir 13 jam berhenti makan dan minum. Bahkan mereka yang tidak bisa berpisah dengan rokok pun rela tak menyentuhnya. Bangun serempak di waktu sahur, buka kompak diwaktu magrib. Melelahkan dan meletihkan, namun semua dilaksanakanya dengan ihlas, karena sadar semua itu aturan syariat dari Allah SWT.
karena itu puasa bertujuan untuk menjadi hamba-hamba yang bertakwa yakni taat tunduk pada syariat dengan melaksankan setiap apa yang diperintahkan Allah SWT walau dirasa pahit dan melelahkan, dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya walau terlihat manis dan indah. “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS Al- Baqarah 2:183)
Kaum muslim secara mendasar adalah umat yang satu. Allah Tuhan yang disembah adalah satu, rasul yang ditaatinya satu, kitab sucinya satu, kiblatnya juga satu. Maka sipat dasar kaum muslimin semestinya cinta persatuan dan jauh dari perpecahan. Sebagaimana dalam pesan Allah SWT, “Dan berpegang teguhlahlah kamu semuanya pada tali (agama) Allâh, dan janganlah kamu bercerai berai”. (QS. Ali Imran 3: 103

Namun saat ini kaum muslim masih terpecah-pecah berdasar kesukuan dan kebangsaan, karena kepentingaan partai dan golongan, sebab kejamaahan dan ke mazdhaban. Seakan muslim Urghur yang tertusir dari di China, muslim Palestin yang terus di jajah oleh bangsa terlaknat Israel, muslim Rohingiya yang termarginalkan di Miyanmar, demikian juga muslim India yang menjadi sasaran rasisme, seakan mereka bukan bagian dari kaum muslimin lainya. Mereka berjuang sendiri-sendiri. Padahal Allah SWT berfirman, “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (Al-Hujurat: 10)
Nabi SAW bersabda, “Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendhaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang akan menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat” (HR. Bukhari Muslim)
Keempat, Ramadlan mengingatkan bahwa seluruh manusia akan mudik tanpa kembali. Setiap hari raya media diramaikan dengan informasi berjubelnya para pemudik untuk melepas rindu bertemu dengan keluarga, kerabat dan handai taulan.
Mudik lebaran hanya semetara dan sebagaian manusia. Namun sesungguhnya seluruh manusia akan mudik besar besaran, mudik yang tak akan kembali. Meninggalkan kampung dunia menuju kampung akhirat. Karena di dunia hidup manusia dibatasi oleh kematian dan alam semesta diakhiri oleh kiamat. “Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.” (Q.S. Al-Baqarah: 36)
Kampung halaman sesungguhnya adalah akhirat. Kita pasti mudik ke akhirat tepatnya ke kampung bernama Surga (Jannah). Di mana asal nenek moyang kita, Adam dan Hawa bertempat tinggal di sana. “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Q.S. Al-Ankabut: 64)
Dengan spirit Ramdhan dan menjadikanya sebagai madrasah, berharap dikehidupan sehari- hari selalu dekat dengan al Qur’an, beramal sesuai syari’at islam, sesama umat mengedepankan persatuan dan keselamatam akhirat menjadi tujuan.