Oleh. Ust.Lathief Ab
(Pengasuh Pondok Baitul Hamdi)
ReaksiNews.com || Kota Sukabumi – Para ulama sepakat bahwa Al-Qur’an turun pada malam lailatul qadar di bulan Ramadhan. Namun ada perbedaan soal tanggal. Umumnya para ulama berpendapat diturunkan Al Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan mengacu pada Al Qur’an surat al Anfal ayat 41″ jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan”. Yakni hari bertemunya dua pasukan muslim dan kafir pada oerang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan.
Pengertian nuzul Al-Qur’an adalah diturunkan dari alam Lauhul Mahfudz kepada langit dunia secara lengkap kemudian turun ke bumi yang diterima Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur.
Turunnya Al Qur’an tersebut terjadi pada bulan Ramdhan malam lailatul qadar “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur-an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (Q.S. Al-Baqarah: 185)
Sedang Lailatul Qadar adalah malam spesial yang dianugerahkan untuk umat Muhammad saw, dimana kebaikan malam itu sebanding dengan seribu bulan atau 84 tahun. “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Q.S. Al-Qadr: 1- 3)
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai risalah untuk seluruh manusia. Al-Qur’an bukan kitab fiksi atau kreasi manusia tapi wahyu dari Allah SWT yang tidak sedikitpun tercampuri oleh tangan makhluk baik dari manusia atau lainnya. “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 2)
Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, bacaan dan pedoman hidup. Mukjizat adalah bukti kenabian untuk menjawab dan mengalahkan para pengingkarnya, sebagaimana dimiliki para nabi sebelumnya. Hanya saja mukjizat Nabi Muhammad bukan berupa fisik materi tapi kitab suci itu sendiri.
Berbeda dengan kitab suci para pendahulunya yang hilang ke asliannya termasuk lenyap mukjizat mereka seiring dengan habisnya usia para Nabi. Al-Qur’an tidak luput dimakan waktu, tidak lekang dimakan zaman, keorisinalannya terjaga hingga akhir zaman. “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.” (QS..Alhijr : 9)
Dilihat dari sisi keindahan bahasanya, Al-Qur’an tak mampu ditandingi oleh bangsa arab dan ahli bahasa terkemuka di dunia, bahkan Al-Qur’an menantangnya untuk membuat yang serupa walau satu surat hingga satu ayat saja. Hal itu menunjukkan kemukjizatan al Qur’an sendiri.
“Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (Q.S. Al-Baqarah: 23)
Bentuk mukjizat berikutnya informasi pengetahuan alam yang diungkapkan Al-Qur’an melampaui batas pengetahuan manusia dimasa turunnya kemudian dibenarkan faktanya di kemudian hari. Kandungan Al-Qur’an meliputi berbagai hal kehidupan.
Ia bicara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Qur’an bicara aspek spiritual, sosial, ekonomi hingga politik. Secara ringkas Al-Qur’an bicara aqidah, syariah dan kisah. Dari Al -Qur’an para ulama menggali berbagai disiplin ilmu.
Ribuan kitab berbagai judul dan disiplin ilmu dihasilkan darinya. Hal tersebut menunjukkan kemukjizatan tersendiri.
“Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).” (Q.S. An-Nahl: 89)
Mudahnya dihafal termasuk sisi lain dari mukjizat Al-Qur’an. Dengan jumlah 30 juz, 114 surat, 6666 ayat dan 1027.000 huruf, mampu dihafalkan oleh jutaan orang.
Bukan saja oleh orang dewasa tapi anak usia dini pun banyak yang hafal. Bukan saja yang bermata normal, orang tuna netra pun mampu menghafalnya. Jika bukan mukjizat kemudahan menghafalnya itu suatu yang mustahil. Membaca Al-Qur’an mengasyikkan, jiwa dan hati merasa tenang. Lebih dari itu terdapat pahala yang berlipat bagi para pembacanya.
“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (H.R. Tirmidzi)
Bagian yang terpenting adalah bagaimana mewujudkan nilai yang ada dalam kandungan Al-Qur’an di tengah kehidupan. Dalam hal ini, pertama butuh pemahanan bahwa Al-Qur’an itu sebagai pedoman yang wajib diimani dan diamalkan. Kedua butuh implementasi dari institusi negara.
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian,” (QS. An Nisa: 59).